EPR Paradox
“Fisika
adalah ilmu pasti,” kata Einstein. Prinsip “pasti” dalam fisika inilah
yang menopang dan mendukung ditemukannya hukum-hukum fisika sejak jaman
Isaac Newton. Einstein juga yang menyatakan bahwa the beauty of physics itu karena fisika adalah ilmu pasti. Makanya Einstein jelas-jelas menolak ide “ketidakpastian” dalam teori kuantum.
Meskipun menolak ide ketidakpastian,
Einstein tidak berarti menentang seluruh isi teori kuantum. Dalam
sanggahannya, Einstein berpikir bahwa teori kuantum hanya masih belum
sempurna. Karena masih belum sempurna itulah teori kuantum mengadopsi
“ide ketidakpastian”. Teori kuantum belum sempurna, masih ada hukum lain
di alam yang belum kita ketahui. Dengan mengetahui hukum itu, kita akan
menemukan konstanta tersembunyi di dalamnya. Konstanta inilah yang
mengatur posisi sebuah elektron dari beberapa kemungkinan atau
probabilitas yang ada.
EPR Paradox
Kita akan membahas salah satu teori yang
digunakan Einstein dalam debatnya. Teori ini dipublikasikan pada 1935
dalam disertasi yang berjudul “Can quantum-mechanical description of physical reality be considered complete?”. Di kemudian hari ini lebih dikenal dengan “EPR Paradox“,
“Paradoks EPR”. EPR menunjuk pada singkatan nama penyusun teori ini
Albert Einstein, Boris Podolsky, dan Nathan Rosen. Podolsky dan Rosen
adalah mahasiswa yang meneliti bersama dengan Einstein dan turut serta
dalam penulisan teori ini.
Mengenal Lebih Jauh Soal EPR Paradox
Dalam teorinya, Einstein memperhatikan
nilai spin dari partikel. Nilai spin menyatakan kondisi partikel yang
berotasi. Secara teori, rotasi bermakna luas. Namun dalam penjelasan
kali ini, kita akan membahas salah satu dimensi dari gerak rotasi, yaitu
rotasi searah jarum jam dan rotasi berlawanan jarum jam.
Einstein memberikan sebuah kondisi saat
partikel mikro diam tanpa nilai spin. Kemudian karena sebuah alasan,
partikel itu terbelah menjadi dua bagian sama besar. Nah, Einstein
mengamati bagaimana kondisi kedua partikel itu. Einstein dan muridnya
mengukur dan membuktikan bahwa kemungkinan sebuah partikel berotasi
searah jarum jam 50%, sedang 50% lagi berotasi berlawanan jarum jam.
Sampai di sini Einstein masih setuju dan mengadopsi teori probabilitas
dari teori kuantum.
Ilustrasi EPR paradox. Sebuah partikel berotasi searah jarum jam 50%, sedang 50% lagi berotasi berlawanan jarum jam.
Einstein kemudian menjelaskan tidak
mungkin kalau kedua partikel itu berotasi ke arah yang sama. Arah gerak
rotasi pasti saling berkebalikan. Kalau yang satu searah jarum jam, maka
yang lainnya pasti berlawanan jarum jam. Hal itu dikarenakan nilai spin
mula-mula partikel itu adalah 0. Maka kalau nilai spin (arah gerak)
partikel kini dijumlahkan nilainya haruslah 0. Secara teknis ini
dinamakan Hukum kekekalan nilai spin.
Mulai dari sini kita akan masuk ke dalam
inti Paradoks EPR. Einstein mengatakan hal ini. Misalkan kedua buah
partikel itu terus bergerak menjauh hingga jaraknya satu tahun cahaya
(sekitar 10 triliun kilometer). Lalu kalau kita ingin mengetahui kondisi
salah satu partikel, kita harus mengukur dan mengamatinya. Sampai di
sini Einstein masih menyertakan prinsip pengukuran dalam teori kuantum.
Saat diamati kondisi salah satu partikel
anggap partikel A dipastikan. Di waktu yang sama kita langsung
mengetahui kondisi (nilai spin) dari partikel lainnya (partikel B),
tanpa melakukan pengamatan terlebih dahulu. Di sinilah pertentangan
teori kuantum. Teori kuantum mengatakan bahwa kondisi objek mikro hanya
bisa dipastikan dan diketahui dengan pengamatan. Tapi menurut kasus yang
diberikan Einstein, kita dapat langsung mengetahui kondisi partikel B
tanpa pengamatan terhadap partikel B. Cukup perlu mengamati partikel A
saja.
Teori kuantum menjelaskan paradoks ini
demikian: Saat partikel A diamati, dengan kecepatan tinggi melintasi
alam semesta, informasi itu langsung disampaikan ke partikel B sehingga
nilai spin dan arah rotasi B bisa dipastikan (di kemudian hari ini
disebut pengaruh jarak jauh).
Einstein yang mendengarnya menggelengkan
kepala dan berkata bahwa jawaban tersebut tidak masuk akal. Teori
Relativitas–yang diselesaikan oleh Einstein sendiri–menyatakan bahwa
objek atau informasi dan lainnya tidak bisa disampaikan melebihi
kecepatan cahaya. Einstein kemudian menyebut penjelasan Teori Kuantum
ini “Ghostly action at a distance“. Bagaimana mungkin informasi dapat disampaikan dalam waktu sekejap dalam rentang jarak satu tahun cahaya? Inilah paradoks EPR.
Komentar
Posting Komentar